Rabu, 18 April 2012

Mengenang Ketua Dewan Kesenian Jatim dalam Festival Budaya Madura 2009











Oleh Syafrudin Budiman, SIP
Pegiat Seni dan Budaya Madura)

Syafrudin Budiman, SIP adalah nama panjang saya dan biasanya oleh teman-teman kecil saya di panggil Rudi. Saya sebagai orang Sumenep sangat mencintai Seni dan Budaya, walaupun secara pribadi lebih banyak konsen di bidang media dan politik. Namun hal itu tak menyurutkan saya memahami dan menjadi pelaku dunia kesenian dan budaya.

Pernah suatu waktu di bulan Juli 2009, saya diskusi dengan seniman terkenal Fauzi Asmara di rumahnya di Jl. Kartini, Pangarangan Simenep. Kebetulan dia adalah Gubernurnya seniman se-Jatim dan Fauzi Asmara adalah sosok Ketua Dewan Kesenia Jawa Timur (DKJT) yang penari handal yang sudah Go Internasional.

Ia mengatakan kepada saya, “Rud…ayo kita bikin even besar di Jatim dan kita tempatkan di Madura sebuah Festival Budaya Madura yang menjadi bagian rangkaian Festival Budaya Jawa Timur. Acara ini dalam memperingati Hari Ulang Tahun. Kamu even organizer-nya atau panitia-nya. Kita bikin semeriah mungkin 2 hari 2 malam,” kata Fauzi Asamara yang aktif membatu pakde Karwo dalam bidang seni.

Mendengar tawaran Fauzi, langsung saya terima. “Jangankan dananya cukup, kurangpun kita cari sponsor yang banyak agar acara ini sukses,” kata saya kepada Fauzi dengan penuh semangat.

Persis setelah proposal atau ToR (Term of Reference) jadi awal Agustus 2009. Kita usung even organizer dengan nama Plat M (Komunitas Bengkel Seni Madura). Sementara itu, puisiwan muda Lukman Hakim dari Pangesto menjadi Sekretaris panitia mendampingi saya yang ditunjuk menjadi Ketua Panitia.

Tepat satu bulan berikutnya, Bulan September 2009 kepanitian disusun dan ToR sudah selesai. Acara Festival Madura ini berlangsung dua hari. Hari pertama tanggal 20 Oktober 2009 dilaksanakan, Kirab Budaya yang menampilkan Musik Tong-Tong/Musik Daul, Tari, Fashion pesona Batik Madura, Musik Seronin, Hadrah, Drama Puisi Jalanan dan Pragaan Model. Yang paling banyak mendapat sambutan adalah penampilan pragaan busana batik Madura yang diperankan model cantik-cantik dari Pamekasan dan Sumenep.

Diteruskan malamnya dimulai tepat jam 20.30 WIB adanya panggung Festival Budaya Madura dan dihadiri 7 ribu-an massa yang haus hiburan .Sebelumnya, siangnya sebanyak 15 Mahasiswa melakukan dramatisasi puisi jalan diberbagai tempat. Diantaranya, Pasar Anom, Radio Gelora Sumekar (Live), Kantor Sat Pol PP dan Bank Rakyat Indnesia (BRI) Sumenep.

Sedangkan pada hari kedua, malam tanggal 21 Oktober 2009 dilaksanakan Pagelaran Tayup, Tari Topeng dan Tari Muang Sangkal. Sebelumnya, siangnya saya bersama Fauzi Asamara fokus pada Sarasehan Budaya di Aula Dinas Infokom Sumenep. Hadir sebagai pembicara, Faidlal Rahman Ali (Pengamat Wisata dan Tourism), DR. Ida Ekawati (Rektor Unija) dan salah lagi seniman dari Universitas Negeri Surabaya (dulunya IKIP Surabaya).

Berikut ada catatan kliping yang diambil di media Antara Jatim yang menjelaskan agenda dan kegiatan tersebut. Adapun judulnya Festival Madura 2009 Dimeriahkan oleh Pragaan Busana Batik.

Sebanyak 38 model mengenakan busana batik ikut tampil dalam acara pembukaan Festival Madura 2009 di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, Rabu (21/10/2009) sore.

Festival Madura 2009 di Sumenep yang digagas Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur yang bekerja sama dengan Komunitas Seni “Plat M” tersebut dibuka dengan pawai budaya dari Taman Adipura ke “Labang Mesem” di kawasan Pendapa Agung setempat.

Puluhan model yang mengenakan baju batik koleksi salah seorang perajin batik asal Kabupaten Pamekasan, Soraya, menjadi barisan paling depan pawai tersebut disusul barisan empat kelompok musik kontemporer dan penari.

“Kami sengaja melibatkan model yang mengenakan busana batik untuk lebih mengakrabkan batik kepada masyarakat,” kata Ketua Panitia Pelaksana Festival Madura 2009 Syafrudin Budiman yang kebetulan saya sendiri.

Apalagi, batik sudah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda yang dihasilkan Indonesia.

“Ini harus disyukuri. Melibatkan model yang mengenakan busana batik adalah salah satu bentuk dari rasa syukur kami atas pengukuhan batik sebagai warisan budaya,” kata Syafrudin.

Sementara itu, Soraya menjelaskan, motif batik yang dikenakan para modelnya adalah motif “gaul”.

“Itu motif kontemporer yang kami buat khusus dipakai anak-anak muda. Untuk menembus pasar anak muda, kami harus menyesuaikan dengan selera anak muda,” katanya di Sumenep.

Ia menjelaskan, selama ini batik dianggap sebagai pakaian bagi orang tua dan tidak cocok digunakan anak muda.

“Kami berusaha mengubah kesan itu dengan cara membuat motif gaul. Melalui pembukaan Festival Madura 2009 ini, kami berusaha mengenalkan motif batik bagi anak muda tersebut,” kata Soraya.(ant)

Sementara itu acara ini juga diliput diberbagai media salah satunya lagi dengan judul: Melestarikan Budaya dalam Festival Madura.

Mulai Rabu (21/10/2009), Festival Madura 2009 digelar di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur (Jatim). Ajang pelestarian kebudayaan Madura yang berlangsung hingga Kamis (22/10/2009) tersebut menampilkan beragam kesenian lokal yang menarik perhatian masyarakat.

Festival Madura 2009 diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jatim bekerja sama dengan Komunitas Seni “Plat M”. Ketua Panitia Syafrudin Budiman mengatakan kegiatan ini merupakan upaya mengembangkan dan melestarikan kesenian dan budaya Madura. Karenanya, festival ini menampilkan aneka kesenian lokal yang merupakan warisan budaya Madura yang harus dijaga. Festival terbagi dalam tiga kegiatan utama, yakni pertunjukan kesenian khas, sarasehan, serta karnaval budaya.

Menikmati Karya Seni

Pada pertunjukan kesenian khas Madura, panitia menggelar pementasan topeng dalang dan musik saronen. Asal tahu, saronen merupakan iringan musik khas Madura yang terdiri atas bunyi-bunyian trompet dari kayu jati. Nah, pertunjukan ini digelar di Kantor Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Sumenep.

Selain di atas panggung, peserta Festival Madura juga tampil di sejumlah pusat keramaian, seperti di terminal dan pasar. Hal ini dilakukan guna memberikan kesempatan pada warga agar dapat menikmati karya seni Madura tanpa harus datang ke lokasi.

Sementara itu, sarasehan akan menghadirkan empat pembicara yang berasal dari Pimpinan Universitas Wiraraja Sumenep, Dewan Kesenian Jatim, serta Pengamat Budaya. Sebagai pamungkas acara, akan digelar pula karnaval budaya.

Dalam karnaval ini, nantinya para seniman yang tampil di Festival Madura akan berjalan kaki bersama. Mereka menempuh rute dari Taman Bunga ke Labang Mesem (pintu gerbang keraton Sumenep) di kawasan Pendapa Agung. Sarasehan: pertemuan yang diselenggarakan untuk mendengarkan pendapat para ahli mengenai suatu masalah dalam bidang tertentu. (Sumber: Berani, 22-Oct-2009).

Akankah kegiatan ini akan berlangsung lagi kedepannya. Mengingat ketika kami berusaha mengadakan kembali masih banyak kendala yang menantang. Namun kedepan diharapkan saya Syafrudin Budiman, Fauzi Asmara, Lukman Hakim dan beberapa pelaku seni lainnya, diminta tetap konsisten dalam mengawal kegiatan-kegiatan budaya seperti Festival Madura 2009.

Saya secara pribadi punya niat dan keinginan, setelah beberapa tahun ini akses jembatan Suramadu terbangun. Dimungkinkan ada sebuah Festival Budaya lagi yang bisa menarik wisatawan lokal maupun asing untuk datang ke Sumenep, Madura.

Jika wisatawan meningkat, maka secara otomatis kegiatan ekonomi berjalan optimal. Lewat gerakan revitalisasi kebudayaan lokal juga diharapkan pertumbuhan ekonomi bisnis bisa menyerap tenaga kerja profesional. Tentu hal ini perlu dukunga semua pihak, baik pemerintah maupun sektor bisnis swasta yang bergerak di bidang travel dan tourism. (rud)

Tidak ada komentar: