Senin, 05 Januari 2009

PKS Gagal Jadi Partai Terbuka?

PKS Gagal Jadi Partai Terbuka?


Jakarta – Hampir setahun PKS mencitrakan diri sebagai parpol terbuka. Namun kegeraman partai Islam ini terhadap arogansi Israel, seperti tercermin dalam aksi demo besar-besaran di seluruh penjuru negeri, jadi bukti bahwa PKS tak mampu menanggalkan ekslusivitasnya.

Langkah PKS mengubah citra dari partai eksklusif menjadi terbuka tampaknya sia-sia belaka. Agresi militer Israel ke Palestina seperti menjadi titik balik PKS dan membukakan mata publik, bahwa PKS hakikatnya adalah partai eksklusif dan tertutup. Kondisi ini pula seperti menjadi penanda kemenangan faksi keadilan dibanding faksi kesejahteraan di internal PKS.

Bukan tanpa alasan jika isu Palestina menjadi titik balik bagi PKS pada identitas aslinya. Upaya yang selama ini dibangun seperti sia-sia ditelan bumi karena secara bersamaan PKS mengusung isu Palestina dalam ranah politik nasional.

Bagaimana relevansi antara upaya menjadi partai terbuka dengan isu Palestina? Dalam demonstrasi besar-besaran yang digelar dua kali di Jakarta, PKS tampil sebagai parpol pertama yang langsung beraksi konkret menyikapi isu Palestina. Parpol lainnya masih berwacana, menghujat, dan tentunya berupaya berempati dengan kondisi Palestina. PBB, PPP, dan parpol lainnya masuk di kategori tersebut.

Lain dengan PKS, aksinya konkret. Mantan Presiden PKS Hidayat Nur Wahid pun langusng turun gunung ke wilayah Timur Tengah atas undangan Dr Yusuf Qordhowi. Tujuannya jelas, melobi negara-negara Arab untuk bersatu menghadapai agresi Israel.

Tak hanya itu, PKS juga menurunkan sukarelawan (tim medis) di Kota Tiga Tuhan tersebut. Tak kalah konkretnya, program satu orang satu dolar (one man one dollar) pun digulirkan untuk menyumbang para korban kekerasan Israel.

Di balik misi adiluhung PKS tersebut, tampak partai pimpinan Tifatul Sembiring lupa atas agenda lokalnya, yaitu membawa PKS menjadi partai terbuka. Melalui aksi simpatik atas isu Palestina, PKS seperti memutar balik langkahnya sepanjang 2008.

Benarkah? Coba lihat saja jargon yang diusung di spanduk dan baliho peserta demontrasi PKS, Jumat (2/1) lalu. ‘Kami Siap Menjemput Syahid di Gaza’, ‘Yahudi Laknatullah’ dan lainnya. Penyebutan slogan tersebut bukan tanpa arti. Itulah realitas yang ada di massa PKS.

Istilah agama cukup menonjol dalam demonstrasi PKS seperti kata ‘syahid’, ‘laknatullah’ adalah terminologi keislaman. Syahid yang berarti mati dalam perjuangan di jalan Allah. Sedangkan laknatullah, berarti menggambarkan kekejian Israel yang mendapat laknat Allah.

Ada juga slogan, ‘Save Palestine, Save Humanity’, ‘Save Our Palestine’, ‘Israel Go To Hell’. Untuk slogan yang terakhir, bendera Palestina menjadi latar slogan sekaligus ditulis di bawahnya, ‘Relawan PKS’ dengan identitas tingkatan struktur organisasi PKS. Untuk slogan yang terakhir ini cenderung menyiratkan nilai-nilai universal kemanusiaan.

Hal ini diakui pula Presiden PKS Tifatul Sembiring. Menurut dia, demosntrasi PKS dilandasi dua hal, yaitu aspek kemanusiaan dan keislaman. “Kami melakukan demonstrasi karena agenda kemanusiaan dan keislaman,” akunya.

Analis politik dari Charta Politik Burhanudin Muhtadi menilai demonstrasi yang dilakukan PKS atas isu Palestina menunjukkan warna sejati PKS. Dalam amatan penulis tesis ‘PKS dan Gerakan Sosial’ tersebut, nuansa agama lebih kuat dibanding nuansa universal isu Palestina. “Itulah warna sejati PKS. Term agama luar biasa kuat dalam demonstrasi Palestina,” tegasnya kepada INILAH.COM, Minggu (4/1) di Jakarta.

Penggambaran sosok kera yang dilekatkan pada Israel, kata Burhan, bukanlah simbol yang tanpa makna. Menurut dia, PKS merujuk pada dalil-dalil agama yang menjelaskan Israel dikutuk Tuhan dengan sosok kera. “Isu Palestina mengalami penyempitan dalam framing isu agama. Ini kontraproduktif bagi usaha PKS yang berusaha menjadi partai tengah,” tandas mantan Ketua BEM IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut.

Terkait dengan isu kemanusiaan dan HAM, Burhan meyakini hal tersebut hanyalah isu elit PKS yang sulit tertransformasikan di jajaran akar rumput PKS. “Karena hanya isu agama yang bisa menggerakkan kader PKS. Isu universal tidak nyambung bagi kader PKS,” katanya.

Peserta demonstrasi PKS juga tampak terlihat menggunakan simbol-simbol yang identik dengan ‘pejuang hizbullah’ ala Timur Tengah seperti penggunaan cadar ala ninja dengan membawa rudal palsu. “Apalagi demo PKS dilakukan saat hari Jumat, yang cukup mudah memobilisasi kader setelah salat Jumat,” terang Burhan. [I4]

sumber : inilah.com

Tidak ada komentar: