Kamis, 22 Januari 2009

PKS TERLALU AMBISIUS!


PKS TERLALU AMBISIUS!

Wawancara
22/02/09


Jakarta - PKS dalam pekan ini kembali meluncurkan iklan politik. Kali iini parpol Islam itu tampil dengan ‘seribu wajah’ masyarakat Indonesia. Ada kesan PKS bekeinginan kuat tampil sebagai partai terbuka. Efektifkah?

Namun sayang, analis politik Charta Politika Burhanudin Muhtadi menilai, PKS tampak terlalu ambisius, seolah-olah ingin mengeruk seluruh segmen pemilih. "PKS tampak ambisius. Iklan itu menyiratkan elit PKS memang berkeinginan menjadi partai terbuka," papar Burhan kepada INILAH.COM, Kamis (22/1) di Jakarta.


Tapi, menurut dia, sulit bagi masyarakat untuk percaya bahwa PKS partai terbuka. "apalagi, jika melihat komposisi daftar caleg PKS yang didominasi oleh muslim. Itu pun dari internal kader PKS," tambahnya.


Apa alasan Burhan menyebut iklan PKS itu terlalu ambisius? Berikut ini wawancara lengkapnya:


Bagaimana tanggapan Anda terhadap klan politik terbaru PKS yang menampilkan beragam wajah masyarakat Indonesia?


Itu menunjukkan masih kuatnya elit PKS untuk keluar dari stigmatisasi partai eksklusif. Masih ada cita-cita besar PKS untuk keluar dari basis tradisional PKS. Jadi iklan dengan gambaran ikon dan figur yang di luar basis tardisional PKS itu, ada anak punk, ada PKS yang diartikan Partai Kiai dan Santri, ini jelas maksudnya untuk menyasar kalangan Islam tradisionalis.


Secara politik, ini benar. Itu taktik yang lebih panjang untuk memperbesar segmentasi mereka. Tetapi jangan sampai iklan PKS itu justru malah menggerogoti basis tradisional mereka sendiri. Ini pertentangan lama, menjaga massa lamanya dan mencari massa barunya yang lebih baik (al-Muhafadhotu ala al-qodimi al-sholih, wa al-akhdzu bi al-jadidi al-ashlah).


Seekstrim itukah implikasi dari iklan politik yang salah sasar?


Karena melihat trend survei saat ini, ijtihad politik PKS belum kelihatan sampai sekarang. Seperti iklan Soeharto, Ahmad Dahlan, dan Hasyim Asyari, semua survei belum begitu menampakkan hasilnya untuk PKS. Artinya, pemilih kita di luar PKS masih wait and see, apakah PKS serius atau hanya menjajakan mereka untuk kepentingan sesaat saja.


Jadi pemilih non PKS sangat cerdas. Jangan dikira pemilih NU terbuai dengan PKS hanya karena menampilkan foto Hasyim Asyari. Apalagi kalau ideologi PKS antagonistik terhadap ritual dan tradisi warga NU. Ini pertaruhan politik. Kalau berhasil, maka akan baik untuk jangka panjag. Tapi kalau tidak berhasil, justru PKS akan ditingglakan basis massa mereka sendiri.


Bagaimana dengan iklan terbarunya, apakah akan memunculkan resistensi?


PKS jangan terlalu ambisius untuk menggarap semua kalangan. Iklan PKS seolah-olah ingin mengolah semuanya. Tapi yang terjadi PKS tidak fokus, kehilangan prioritas, ingin gaet suara santri, ibu-ibu, anak-anak punk, malah akan kehilangan jati diri, malah kabur.


Saran saya, basis PKS adalah Islam modernis. Itu harus dirawat. Kedua, warga pemilih Islam, apa pun afilisainya apakah modernis dan tradisionalis, atau kelompok pemuda yang kritis dan rasional, alau semua ditembak maka tidak akan dapat satu pun.


PKS bukan PDIP ataupun Golkar. PKS bukan case all party, tapi segmented party. Kalau mau tiru Golkar dan PDIP, ya harus mengubah platform. Jadi memang PR besar bagi PKS, dengan iklan partai terbuka, bagaimana dengan platform-nya? Apakah PKS terbuka dengan caleg nonmuslim atau presiden perempuan? Ini belum selesai dijawab oleh PKS.


Apakah iklan terbaru PKS ini sudah menunjukkan konsistensi PKS untuk menjadi partai terbuka?


Iklan terbaru PKS telah menunjukkan konsistensi PKS. Tetapi publik tidak terbodohi dengan iklan saja. PKS dalam satu sisi berhasil menjawab pertanyaan publik. Bahwa PKS menjadi partai terbuka, relatif konsisten. Tapi masalahnya, masyarakat tidak gampang terbuai dengan iklan saja, tapi ingin lihat tindak lanjut sebagai partai terbuka.


Konsistensi tidak hanya ditunjukkan dengan iklan, tapi yang paling riil, seperti menggaet suara permilih non muslim. Hal yang seperti ini yang akan dinilai oleh masyarakat.


Apakah simetris antara iklan politik dengan realitas politik?


Untuk kasus isu Palestina, awalnya PKS seperti tidak belajar dari masa lalu. PKS pada terjebak pada framing Palestina dengan isu agama. Tapi pada akhirnya aksi demonstrasi mengundang banyak tokoh lintas agama untuk bicara soal Palestina. Itu bagus sekali, untuk meyakinkan bahwa PKS telah berubah.


Di sisi lain caleg DPR, 99,31% beragama Islam itu pun dari kader internal mereka. Hanya ada satu atau dua caleg nonmuslim di daerah Maluku, Irjabar, dan Papua. Itu bukti nyata PKS belum berhasil mempluralkan calegnya. Jika benar PKS partai terbuka, tunjukkan dengan caleg mereka. Sulit bagi nonkader untuk masuk ke PKS, karena pada akhirnya diisi oleh caleg kader. Masyakat sulit menerima PKS sebagai partai terbuka. [P1]

PKS TERLALU AMBISIUS!

Wawancara
22/02/09


Jakarta - PKS dalam pekan ini kembali meluncurkan iklan politik. Kali iini parpol Islam itu tampil dengan ‘seribu wajah’ masyarakat Indonesia. Ada kesan PKS bekeinginan kuat tampil sebagai partai terbuka. Efektifkah?

Namun sayang, analis politik Charta Politika Burhanudin Muhtadi menilai, PKS tampak terlalu ambisius, seolah-olah ingin mengeruk seluruh segmen pemilih. "PKS tampak ambisius. Iklan itu menyiratkan elit PKS memang berkeinginan menjadi partai terbuka," papar Burhan kepada INILAH.COM, Kamis (22/1) di Jakarta.


Tapi, menurut dia, sulit bagi masyarakat untuk percaya bahwa PKS partai terbuka. "apalagi, jika melihat komposisi daftar caleg PKS yang didominasi oleh muslim. Itu pun dari internal kader PKS," tambahnya.


Apa alasan Burhan menyebut iklan PKS itu terlalu ambisius? Berikut ini wawancara lengkapnya:


Bagaimana tanggapan Anda terhadap klan politik terbaru PKS yang menampilkan beragam wajah masyarakat Indonesia?


Itu menunjukkan masih kuatnya elit PKS untuk keluar dari stigmatisasi partai eksklusif. Masih ada cita-cita besar PKS untuk keluar dari basis tradisional PKS. Jadi iklan dengan gambaran ikon dan figur yang di luar basis tardisional PKS itu, ada anak punk, ada PKS yang diartikan Partai Kiai dan Santri, ini jelas maksudnya untuk menyasar kalangan Islam tradisionalis.


Secara politik, ini benar. Itu taktik yang lebih panjang untuk memperbesar segmentasi mereka. Tetapi jangan sampai iklan PKS itu justru malah menggerogoti basis tradisional mereka sendiri. Ini pertentangan lama, menjaga massa lamanya dan mencari massa barunya yang lebih baik (al-Muhafadhotu ala al-qodimi al-sholih, wa al-akhdzu bi al-jadidi al-ashlah).


Seekstrim itukah implikasi dari iklan politik yang salah sasar?


Karena melihat trend survei saat ini, ijtihad politik PKS belum kelihatan sampai sekarang. Seperti iklan Soeharto, Ahmad Dahlan, dan Hasyim Asyari, semua survei belum begitu menampakkan hasilnya untuk PKS. Artinya, pemilih kita di luar PKS masih wait and see, apakah PKS serius atau hanya menjajakan mereka untuk kepentingan sesaat saja.


Jadi pemilih non PKS sangat cerdas. Jangan dikira pemilih NU terbuai dengan PKS hanya karena menampilkan foto Hasyim Asyari. Apalagi kalau ideologi PKS antagonistik terhadap ritual dan tradisi warga NU. Ini pertaruhan politik. Kalau berhasil, maka akan baik untuk jangka panjag. Tapi kalau tidak berhasil, justru PKS akan ditingglakan basis massa mereka sendiri.


Bagaimana dengan iklan terbarunya, apakah akan memunculkan resistensi?


PKS jangan terlalu ambisius untuk menggarap semua kalangan. Iklan PKS seolah-olah ingin mengolah semuanya. Tapi yang terjadi PKS tidak fokus, kehilangan prioritas, ingin gaet suara santri, ibu-ibu, anak-anak punk, malah akan kehilangan jati diri, malah kabur.


Saran saya, basis PKS adalah Islam modernis. Itu harus dirawat. Kedua, warga pemilih Islam, apa pun afilisainya apakah modernis dan tradisionalis, atau kelompok pemuda yang kritis dan rasional, alau semua ditembak maka tidak akan dapat satu pun.


PKS bukan PDIP ataupun Golkar. PKS bukan case all party, tapi segmented party. Kalau mau tiru Golkar dan PDIP, ya harus mengubah platform. Jadi memang PR besar bagi PKS, dengan iklan partai terbuka, bagaimana dengan platform-nya? Apakah PKS terbuka dengan caleg nonmuslim atau presiden perempuan? Ini belum selesai dijawab oleh PKS.


Apakah iklan terbaru PKS ini sudah menunjukkan konsistensi PKS untuk menjadi partai terbuka?


Iklan terbaru PKS telah menunjukkan konsistensi PKS. Tetapi publik tidak terbodohi dengan iklan saja. PKS dalam satu sisi berhasil menjawab pertanyaan publik. Bahwa PKS menjadi partai terbuka, relatif konsisten. Tapi masalahnya, masyarakat tidak gampang terbuai dengan iklan saja, tapi ingin lihat tindak lanjut sebagai partai terbuka.


Konsistensi tidak hanya ditunjukkan dengan iklan, tapi yang paling riil, seperti menggaet suara permilih non muslim. Hal yang seperti ini yang akan dinilai oleh masyarakat.


Apakah simetris antara iklan politik dengan realitas politik?


Untuk kasus isu Palestina, awalnya PKS seperti tidak belajar dari masa lalu. PKS pada terjebak pada framing Palestina dengan isu agama. Tapi pada akhirnya aksi demonstrasi mengundang banyak tokoh lintas agama untuk bicara soal Palestina. Itu bagus sekali, untuk meyakinkan bahwa PKS telah berubah.


Di sisi lain caleg DPR, 99,31% beragama Islam itu pun dari kader internal mereka. Hanya ada satu atau dua caleg nonmuslim di daerah Maluku, Irjabar, dan Papua. Itu bukti nyata PKS belum berhasil mempluralkan calegnya. Jika benar PKS partai terbuka, tunjukkan dengan caleg mereka. Sulit bagi nonkader untuk masuk ke PKS, karena pada akhirnya diisi oleh caleg kader. Masyakat sulit menerima PKS sebagai partai terbuka. [P1]

Tidak ada komentar: