Minggu, 25 Januari 2009
JK: NU-Muhammadiyah Makin Mesra
Politik
25/01/2009
Padang - Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla mengatakan perbedaan antara Muhammadiyah dan NU (Nahdlatul Ulama) semakin tipis. Kedua pihak sekarang ini sudah semakin dekat saja.
"Sekarang orang Muhammadiyah juga sudah baca Barjanzi (riwayat Nabi Muhammad yang biasa dibaca warga NU), sedangkan NU makin liberal, jadi masing-masing makin dekat saja," kata Wapres pada Milad ke-99 dan menyongsong satu abad Muhammadiyah di Bukit Tinggi, Minggu (25/1).
JK juga bercerita, bahwa bapaknya H Kalla merupakan bendahara NU sepanjang umur. Sementara ibunya Hj Athirah merupakan bendahara Aisyiah (organisasi kewanitaan Muhammadiyah) sepanjang umur.
"Tapi mereka rukun-rukun saja sepanjang umur. Ditanya soal jumlah rakaat salat tarwih bagaimana, mereka tenang-tenang saja, Bapak saya bilang, tidak sholat tarwih juga tidak apa-apa," ujarnya.
JK di depan sekitar 200 warga Muhammadiyah yang bermilad di bawah hujan lebat itu mengatakan pernah bertanya kepada ibunya mengapa memilih berorganisasi di Muhammadiyah dan tidak bersama bapak saja di NU.
"Ibu saya menjawab di Aisyiah persaudaraanya tinggi, kegiatannya banyak dan ada kebebasan berpendapat," kisahnya.
Kebebasan berpendapat ini, yang menurut dia, sangat penting, sehingga membuat manusia mampu berpikir kritis. JK juga berpesan agar Muhammadiyah tetap mampu menjaga prinsip-prinsip Muhammadiyah selama ini sehingga ciri Muhammadiyah di masa depan tetap mewakili suatu pergerakan masyarakat yang selama ini dibanggakan.
"Teknologi ternyata juga membuat orang yang mestinya mengaji sehabis sholat Magrib, jadi lebih tertarik menonton TV, jadi nanti makin hilang nuansa kitabullah itu kalau tidak dijaga. Pendidikan agama juga merupakan tugas Muhammadiyah," tutur JK.
Hadir pula dalam Milad tersebut Ketua PP Muhammadiyah Prof Dr Yunahar Ilyas, namun Ketua Umum Muhammadiyah Din Syamsuddin tidak tampak. Menurut Yunahar, Muhammadiyah lahir karena pergulatan pemikiran keagamaan untuk mendobrak khurofat, taklid buta, bid'ah dan syirik serta untuk meluruskan kembali Islam sesuai apa yang diajarkan Nabi.
Muhammadiyah yang lahir di Yogyakarta sejak tahun 1330 H, ujarnya, tidak berpolitik praktis, namun warganya dipersilakan untuk berpolitik sendiri-sendiri, asal tidak bertentangan dengan prinsip Muhammadiyah.[*/ana]
inilah.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar