Analisa Politik
01/02/2009
Jakarta – Persepsi masyarakat terhadap PKS sebagai partai dakwah yang mendukung 'perubahan' kini mulai terkikis. Ini karena partai itu kini telah terjebak pragmatisme. Buktinya PKS menyatakan hanya mau mendukung kandidat presiden yang paling berpeluang terpilih.
“Sekarang PKS sudah sama seperti partai yang lain, pragmatis. Mencari dan mendekati kekuasaan. Saat ini memperkuat bargaining politik artinya PKS ingin memiliki targetnya jadi harus memiliki akses yang kuat,” kata pengamat politik Unair Airlangga Pribadi kepada INILAH.COM, Jakarta, Sabtu (31/1).
Seperti diketahui, alasan PKS mengambil sikap tersebut karena partai berlambang setangkai padi yang diapit dua bulan sabit, bukan semata-mata partai politik, tetapi juga sebuah gerakan moral yang tujuan pendiriannya untuk mempercepat reformasi internal di kalangan umat Islam.
Apa yang dilakukan PKS ini, menurut Airlangga, sama seperti dengan iklan kampanye PKS yang menampilkan gambar dan menobatkan alm Soeharto sebagai pahlawan bangsa. PKS berusaha meningkatkan suara legislatif di Pemilu 9 April mendatang dengan mengambil simpati keluarga Cendana.
“Sikap itu memang langkah yang realisitis, tetapi PKS berubah-ubah. Seperti diketahui hanya ada dua calon kuat capres yakni Mega dan SBY, sedangkan PKS mengaungkan pemimpin muda,” pungkasnya. [bar]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar